berkaitan dengan masyarakat desa atau pertanian tts

DampakSosial Teknologi Pertanian Pada Masyarakat Petani di Desa Perbangunan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan. View/ Open. Fulltext (2.055Mb) Date 2018. Author. Sitohang, Saurma. Advisor(s) Yance. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan petani dan aktivitas lainnya. Wawancara dilakukan secara Beberapapermasalahan yang terjadi di Desa Pampang yang berkaitan dengan pertanian pada umumnya sama dengan permasalahan yang terjadi di secara nasional. Dana desa yang diformulasikan untuk kesejahteraan masyarakat pedesaan belum bisa berperan dalam mewujudkan kesejahteraan, khususnya kesejahteraan pangan. Modernisasimasyarakat desa merupakan suatu proses pembaharuan yang pesat dari bangunan lahir dan batin bagi kemajuan materiil dan spiritual masyarakat desa. Perubahan sosial pertanian menurut (ningrum, 2015). Faktor penyebab adanya perubahan sosial pertanian adalah faktor internal yang bersumber dari jumlah penduduk, inovasi baru, faktor Berprofesisebagai petani. Ciri ini menandakan seseorang menjadi pelaku yang bersentuhan langsung dengan dunia pertanian. Pekerjaan ini menjadi penghasilan utama dalam kehidupan sehari-hari. Profesi ini dapat dilakukan oleh orang yang memiliki ladang sendiri atau sistem sewa lahan dengan orang lain. Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS berkaitan dengan masyarakat desa. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Vay Tiền Trả Góp Tháng Tư Nhân. Ethnolinguistics is a study that connects linguistic concepts related to culture in local communities. The people in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency are still familiar with the terms rice farming activities from generation to generation, so the relationship between Javanese language and culture in the use of the term rice farming activities can be studied with an etnolinguistik purpose of this research is 1 to describe the form of language in Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 to describe the lexical, gramatical and cultural meanings summarized in Javanese languages and culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 3 describes the mindset, perspective on life, and the world of the peasant community in Tladan Village in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency. This type of research is basic research, the level of this research is descriptive data was collected using farming activity observation techniques, proficient methods, and literature study. The data research were analyzed by distribution method distributional and the equivalent method. This result of this study are 1 the form of language described by monomorphemic, polymorphemic, and phrases contained in the language in Javanes culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 the lexical,gramatical, and cultural meanings contained in the language of Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, kawedanan district, Magetan regency 3mindset, perspective of life, and the world of the peasant community in Tladan Village, Kawedanan district, Magetan regency. Keywords ethnolinguistics, rice farming, Magetan, Tladan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sutasoma 8 2 2020 Sutasoma Jurnal Sastra Jawa Bahasa dan Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan Kajian Etnolinguistik Nanda Anjarwati Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Corresponding Author nanda140898 Abstrak Etnolinguistik adalah suatu kajian yang menghubungkan konsep kebahasaan yang berkaitan dengan budaya di masyarakat setempat. Masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan masih mengenal istilah-istilah aktivitas pertanian padi secara turun-temurun, sehingga hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam pemakaian istilah aktivitas pertanian padi dapat dikaji dengan pendekatan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan 1 mendeskripsikan bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan2 mendeskripsikan arti leksikal, makna gramatikal, dan makna kultural yang terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan3mendeskripsikan pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini ialah penelitian dasar dengan taraf deskriptif kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi kegiatan pertanian, metode cakap dan studi pustaka. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih dan metode padan. Hasil penelitian ini, yaitu 1 bentuk bahasa berupa monomorfemis, polimorfemis, dan frasa yang terdapat dalam bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan 2 arti leksikal, makna gramatikal,dan makna kultural yang terdapat dalam bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan 3 pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Kata kunci etnolinguistik, pertanian padi, Magetan, Tladan. Abstract Ethnolinguistics is a study that connects linguistic concepts related to culture in local communities. The people in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency are still familiar with the terms rice farming activities from generation to generation, so the relationship between Javanese language and culture in the use of the term rice farming activities can be studied with an etnolinguistik purpose of this research is 1 to describe the form of language in Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 to describe the lexical, gramatical and cultural meanings summarized in Javanese languages and culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 3 describes the mindset, perspective on life, and the world of the peasant community in Tladan Village in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency. This type of research is basic research, the level of this research is descriptive data was collected using farming activity observation techniques, proficient methods, and literature study. The data research were analyzed by distribution method distributional and the equivalent method. This result of this study are 1 the form of language described by monomorphemic, polymorphemic, and phrases contained in the language in Javanes culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 the lexical,gramatical, and cultural meanings contained in the language of Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, kawedanan district, Magetan regency 3mindset, perspective of life, and the world of the peasant community in Tladan Village, Kawedanan district, Magetan regency. Keywords ethnolinguistics, rice farming, Magetan, Tladan © 2020 Universitas Negeri Semarang p-ISSN 2252-6307 135 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 PENDAHULUAN Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam anggota masyarakat pemakai bahasa dan merupakan dokumentasi kegiatan atau aktivitas hidup manusia. Selain itu bahasa berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan Nababan, 199338.Begitu pula petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, dan dominan petani padi, karena sebagian besar tanah di desa Tladan, cocok untuk pertanian padi. Pada umumnya bahasa yang digunakan petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan, merupakan alat untuk mencapai sistem pengetahuan masyarakat di daerah tersebut. Sistem pengetahuan ini menunjukkan kearifan lokal yang perlu dikuak keberadaannya, diketahui maksudnya, dan bisa direvitalisasi. Melalui suatu ungkapan, dapat diketahui pandangan hidup dan pola pikir masyarakat. Bahasa yang digunakan oleh para petani terangkum dalam budaya Jawa berupa istilah-istilah terkait aktivitas pertanian padi. Sekarang ini, banyak generasi muda yang tidak mengetahui tentang bahasa dan budaya Jawa dalam aktivitas pertanian padi, seperti matun matun’. Oleh karena itu, bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan penting dikaji melalui pendekatan etnolinguistik. Alasan penelitian mengenai bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi dapat dikaji secara etnolinguistik, mendasarkan pada pengertian bahwa etnolinguistik adalah suatu kajian yang menghubungkan konsep kebahasaan yang berkaitan dengan budaya di masyarakat setempat. Masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan masih mengenal istilah-istilah aktivitas pertanian padi secara turun-temurun, sehingga hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam pemakaian istilah aktivitas pertanian padi dapat dikaji dengan pendekatan etnolinguistik. Peneliti ingin melestarikan budaya Jawa kepada generasi muda melalui hal-hal sederhana yang sering diabaikan dan jarang diketahui. Hal-hal sederhana seperti aktivitas pertanian padi merupakan suatu budaya yang hidup di Jawa. Secara linguistik pengkajian bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi tersebut perlu adanya pengkajian dari aspek mikrolinguistik dan aspek makrolinguistik. Mikrolinguistik dengan mempelajari bahasa di dalamnya, dengan perkataan lain, mempelajari struktur bahasa itu sendiri Kridalaksana, 2008154, Sedangkan makrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan Kridalaksana, 2008 149. Salah satu bidang interdisipliner yang dikaji makrolinguistik adalah etnolinguistik. Ahimsa 19975 menyatakan bahwa istilah etnolinguistik yaitu berasal dari kata etnologi dan linguistik yang lahir karena penggabungan antara pendekatan etnologi dengan pendekatan linguistik. Atas dasar inilah, Ahimsa membagi kajian 136 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 etnolinguistik dalam dua golongan, yaitu kajian linguistik yang memberikan sumbangan bagi etnologi dan kajian etnologi yang memberikan sumbangan bagi linguistik. Hal-hal terkait aktivitas pertanian padi yang terekspresikan dalam bahasa dan budaya Jawa dapat dideskripsikan melalui interdisipliner etnolinguistik, sebagai berikut. matun [matUn] matun’ Satuan lingual matun berbentuk polimorfemis. Matun berasal dari kata watun cabut’ verba mendapatkan imbuhan prefiks m- sebagai nasal. Berikut Bagi Unsur Langsung dari kata “matun”. matun m -N watun mt mbt Bentuk lingual matun matun’ merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung m dan watun watun’. Watun watun’ merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -m sebagai prefiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem bebas tunggal watun watun’ sehingga menjadi matun matun’. Arti leksikal matun matun’ berasal dari kata dasar watun watun’ . Watun yaiku dibubuti sukete sing padha thukul ing tanduran cabut rumput yang tumbuh di sekitar tanaman Poerwadarminta, 1939658. Matun yaiku mbubuti suket ing sawah/têgal mencabut rumput yang ada di sawah / têgal’ Poerwadarminta, 1939 299. Sedangkan morfem terikat nasal {-m} prefiks mempunyai makna gramatikal menyatakan aktivitas sebagaimana dalam mt morfem tunggalnya yaitu watun watun’. Dengan demikian makna gramatikal dalam bentuk matun yaitu menyatakan aktivitas mencabut rumput. Mencabut rumput di sini adalah mencabut rumput di sawah. Sehingga makna gramatikal secara lengkap dari bentuk matun adalah aktivitas mencabut rumput pengganggu di sawah. Makna kultural matun matun’ menurut Nur Wakid 55 dilakukan setelah masa tandur tanam’. Kira-kira ketika padi sudah 15-20 hari setelah masa tandur tanam’. Matun matun’ dilakukan agar tumbuhnya tanaman padi tidak diganggu oleh rumput. Menurut Adi Wiyono 71 dalam kehidupan sehari-hari, maksud dari matun matun’ adalah matun tumindake, matun tingkah lakune matun tindakannya, matun perilakunya.’ Maksudnya membuang perilaku buruk, membuang pikiran dan tindakan yang tidak baik agar tindakan baik selalu tertanam. Selain itu juga menggambarkan orang Jawa itu bersih dari segi fisik dan juga psikisnya. Sehingga pada uraian di atas dari fenomena etnologi menyebabkan fenomena linguistik. Deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui pengungkapan bahasa verbal dalam aktivitas pertanian padi di desa Tladan dapat diketahui pola pikir, berupa prinsip, 137 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 aturan yang masih dipegang, dan pandangan hidup masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Dari deskripsi data awal tersebut peneliti sangat penasaran terhadap data penelitian secara keseluruhan. Bagaimana bentuknya? Samakah bentuknya dengan data matun matun’ yang merupakan polimorfemis atau mungkin ditemukan bentuk lain yang beragam? Begitu pula, bagaimana arti leksikalnya, makna gramatikal dan makna kulturalnya, serta bagaimana pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani yang terkandung dalam setiap data penelitian. Di sisi lain peneliti juga sangat penasaran mengapa dalam data secara keseluruhan bisa terjadi bentuk, arti leksikal, makna gramatikal, makna kultural dan pola pikir, pandangan hidup dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani sebagaimana yang terkandung dalam setiap data penelitian. Penelitian sebelumnya yang relevan terkait penelitian ini di antaranya adalah 1 Fitrianingrum. 2016. Bahasa dalam budaya jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Kajian Etnolinguistik 2 Makna Kultural Pada Istilah Bidang Pertanian Padi Di Desa Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Sebuah Tinjauan Etnolinguistik 3 Saharudin dan Syarifuddin. 2012. Kategori Dan Ekspresi Linguistik Dalam Bahasa Sasak Pada Ranah Pertanian Tradisional Kajian Etnosemantik, 4 Haryanti dan Wahyudi. 2007. Ungkapan Etnis Petani Jawa Di Desa Japanan,Kecamatan Cawas, Kabupaten KlatenKajian Etnolinguistik, 5 Fujiono dkk. 2014. Istilah-Istilah Pertanian Padi Dan Palawija Pada Masyarakat Madura Di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Suatu Tinjauan Etnolinguistik, 6 Suyanto. 2019. Istilah-istilah dalam Budidaya Tanaman Padi di Desa Banjarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 7 Agdona. 2018. Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Tradisi Wiwit Sawah di Desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Kajian Etnolinguistik. Berdasarkan 5 penelitian sebelumnya, penelitian yang mengkaji tentang Bahasa dan Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan dari perspektif kajian etnolinguistik belum pernah dilakukan. Maka, penelitian yang akan dilakukan ini akan mengkaji bahasa dalam budaya Jawa terkait dengan aktivitas pertanian padi dari awal mula menanam benih sampai memanen padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Banyaknya penelitian dengan tema serupa justru akan memperkaya inventarisasi leksikon terkait pertanian dan menambah kekayaan khazanah leksem bahasa yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penelitian ini lebih berkontribusi untuk memperkaya fakta empiris terkait penelitian etnolinguistik. Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan, yaitu 1 Bagaimanakah bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? 2 Bagaimanakah arti leksikal, makna gramatikal, dan makna kultural yang 138 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? 3 Bagaimanakah pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian dasar yang bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan ialah etnolinguistik. Data dalam penelitian ini meliputi data lisan yang diperoleh dari informan berwujud kata, frasa, yang berkaitan dengan aktivitas pertanian padi2 data lisan yang diperoleh dari informan terpilih untuk menjelaskan tentang makna kultural bahasa terkait aktivitas pertanian padi, 3 doa atau mantra yang terkait dalam aktivitas pertanian padi, data berupa gambar atau simbol terkait aktivitas pertanian padi, 4 data tulis terkait penjelasan arti leksikal yang termuat dalam kamus. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data lisan yang berasal dari tuturan informan sebagai informan terpilih yang mengetahui segala hal terkait aktivitas pertanian padi dan data pustaka yang berupa kamus. yang mengetahui segala hal terkait aktivitas pertanian padi. Adapun kriteria Pemilihan informan perlu mempertimbangkan usia informan, wawasan pengetahuan informan,minat perhatian informan terhadap permasalahan penelitian dan keterampilan berbahasa yang memadai Samarin, 198555. informan yang dipilih kurang lebih memenuhi syarat-syarat berikut 1 penutur asli bahasa Jawa, 2 memahami bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian, 3 mempunyai pengetahuan spiritualitas, 4 mengetahui bahasa dan budaya Jawa, 5 memiliki alat ucap yang lengkap, 6 alat pendengaran normal, 7 bersedia menjadi informan dan mempunyai waktu yang cukup, 8 bersikap terbuka, sabar, ramah, dan tidak mudah tersinggung. Informan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai aspek di antaranya adalah a pemilik sawah pemilik sawah yang tidak mengerjakan aktivitas pertanian sama sekali dan pemilik sawah yang sebagian besar mengerjakan aktivitas pertanian secara mandiri, b spiritualis atau penutur Jawa sesepuh desa, c pujangga methil pari , d penggarap sawah lelangan, maro dan mertelu, e buruh macul, mopok, ndhedhet, f buruh tandur dan ndhaut, g buruh derep panen padi, h buruh matun dan sulam, i buruh nampingi dan ngalisi, j bagian ngekum, ngepep, dan nyebar winih, k bagian ndhiselne, eleb sawah, dan nurut banyu, l buruh mepe gabah, m tukang ngirim dan nonjoki istri petani sekaligus petani, n tukang ngrabuk dan nyemprot, o bagian ngusungi gabah, p buruh palir, g bagian HIPPA dan PJ dhisel desa. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, metode cakap dan studi pustaka. Data dianalisis dengan metode agih teknik BUL Bagi Unsur Langsung dan metode padan. Metode penyajian data pada penelitian ini dengan metode formal dan informal. 139 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 PEMBAHASAN A. Bentuk Bahasa dalam Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. Aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan, terdapat 3 bentuk bahasa yang meliputi monomorfemis, polimorfemis afiksasi, reduplikasi, dan frasa. 1. Bentuk Monomorfemis Bentuk monomorfemis tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data bengkok [bGkOk] bengkok’ Satuan lingual bengkok merupakan morfem bebas tunggal yang tidak dapat dicari unsur langsungnya,dapat berdiri sendiri, berarti leksikal dan belum mengalami suatu proses morfologis. Bengkok merupakan sawah yang dijadikan upah/gaji untuk lurah dan perangkat desa. jani [jani] jani’ Satuan lingual jani merupakan morfem bebas tunggal yang tidak dapat dicari unsur langsungnya, dapat berdiri sendiri, berarti leksikal dan belum mengalami suatu proses morfologis. Jani merupakan salah satu bagian dalam aktivitas pertanian padi yang berupa upah untuk dhukun dukun’ atau sesepuh. Sesepuh yang sudah methil sawah, harus diberi upah, sebagai tanda terima kasih. 2. Bentuk Polimorfemis Polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis yaitu afiksasi imbuhan, reduplikasi pengulangan, dan pemajemukan/ komposisi. Bentuk polimorfemis tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data a. Afiksasi pengimbuhan methil [mTIl] methil’ m N- pethil mt mbt Satuan lingual methil merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung nasal m dan pethil petik’. Pethil petik’merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -m sebagai prefiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem 140 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 bebas tunggal pethil petik’ sehingga menjadi methil. Methil adalah salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani ketika padi sudah mulai menguning dan akan segera dipanen. b. Pengulangan atau reduplikasi lerleran [lérléran] lerleran’ lerler an mt mbt reduplikasi Satuan lingual lerleran merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung lerler dan an. Lerler merupakan mofem bebas kompleks yang mengalami proses reduplikasi utuh, yang mana kata pertama ler ler’ diulang lagi, sehingga menjadi lerler. Ler ler’ merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -an sebagai sufiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem bebas kompleks lerler lerler’sehingga menjadi lerleran. Lerleran adalah lahan sawah siap tanam setelah selesai diluku dibajak’ dan digaru digaru’. 3. Frasa Bentuk frasa tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data andum bawon [andUm bawOn] membagi bawon’ andum bawon mbt mbt Frasa andum bawon, merupakan unsur sintaksis yang terdiri dari dua unsur langsung berupa kata andum dan bawon. Kedua unsur langsung tersebut mempunyai ciri fungsi predikat dan objek. Andum sebagai predikat dan bawon sebagai objek. Ciri fungsi predikat objek, tidak melampaui ciri fungsi klausa subjek, predikat. Selain itu frasa andum bawon dapat disisipkan afiks misalnya sufiks {-e} menjadi andume bawon cara membagi bawon’, andum sebagai unsur inti. 141 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 B. Arti Leksikal dan Makna Gramatikal yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. derep [drp] derep’ Arti leksikal derep ’derep’ yaiku melu nggarap sawah sarta ngeneniopahane bawon ikut menggarap sawah serta mengunduh upahnya bulir-bulir padi’Poewadarminta, 193968. lelangan [lelaGan] lelangan’ Bentuk lingual lelangan terdiri dari bentuk bebas tunggal lelang dan unsur langsung {–an} sufiks. Arti leksikal lelang lelang’ yaiku adol tuku barang ing umum sing pangenyange sarana onjo-onjonan jual beli barang yang umumnya ditawar dengan cara kepintaran pembeli’ Poerwadarminta,1939265. Sedangkan morfem terikat {-an} sufiks mempunyai makna gramatikal menyatakan aktivitas sebagaimana dalam mt morfem tunggalnya yaitu lelang lelang’. Dengan demikian makna gramatikal dalam bentuk lelangan yaitu menyatakan aktivitas membeli barang yang dijual murah. Barang di sini adalah sawah atau bengkok bengkok’. Sehingga makna gramatikal secara lengkap dari bentuk lelangan adalah aktivitas menjual sawah dengan harga murah. C. Makna Kultural yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan nonjoki[nOnjO?i] nonjoki’ Gambar nonjoki Dokumen Nanda, 25 Februari 2020 Makna kultural nonjoki menurut informan bahwa nasi tonjokan yang dibawa ke sawah berupa hasil bumi dan apapun yang dipunyai pemilik sawah. Namun yang pasti ada adalah sega punar atau nasi kuning. Macam lauk pauk nasi tonjokan adalah ayam/ingkung, bothok pelas, nasi kuning sedikit saja, dan pisang. Nasi yang sudah diwadahi daun pisang tersebut diletakkan di poncotan pojokan’ sawah lalu dibacakan doa, kemudian dibagi-bagikan ke warga sawah sebagai kiblat, kalau orang jawa menyebutnya sedulur papat lima pancer. Poncotan pojokan’ sebagai pancer’pusat’. Informan Padi 84 tahun, 11 April 2020 Informan Riman 91 tahun, 11 April 2020 142 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 Setiap satu lahan sawah diberi 5 nasi tonjokan tonjokan’. Empat tonjokan tonjokan’ diletakkan di setiap poncotan pojokan’, dan satunya diletakkan di tempat methilnya pari tempat Dewi Sri diambil/ngantenannya padi.Jika petani punya banyak sawah tinggal mengalikan lima. Namun, seiring perkembangan jaman, masyarakat hanya meletakkan satu nasi tonjokan di setiap lahan sawah sebagai syarat saja. Sehingga pada uraian di atas dari fenomena etnologi menyebabkan adanya fenomena linguistik. D. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan a. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani terkait Aktivitas Pada Saat Panen Masyarakat desa Tladan, sebagian besar masih menerapkan tradisi yang berlaku. Tradisi ini berupa methil methil’ secara simbolis dengan alat yang dinamakan ani-ani. Methil ’methil’ dilakukan sebelum padi dirit. Tata cara methil methil’ dengan cara memotong sebagian padi dengan alat yang dinamakan ani-ani ani-ani’. Sebelum padi dipotong, ada Informan Ninik Maryati 51 tahun, 1 Mei 2020; Sri Muryati 43 tahun, 15 April 2020 doa yang harus diucapkan oleh orang yang akan methil pari methil padi’. Jika petani sudah melakukan ritual methil methil’, padi bisa dipanen dengan mesin gilingan pari gilingan padi’ atau didhos didhos’. Setelah padi dirit dirit’, digiling digiling’, diayak diayak’, lalu diwadahi karung dibawa pulang. Sebelum padi dijemur, dilakukan andum bawon membagi bawon’ untuk buruh yang sudah ikut derepderep’ di sawah. Jika sudah dibagi bawonnya bawonnya’, petani bisa menjemur padi. Jika gabah gabah’ yang dijemur sudah bersih dan kering, baru dimasukkan karung. Agar karung yang berisi gabah gabah’ itu rapi, maka karungnya perlu didondomi didondomi’. Karung yang berisi gabah ’gabah’ dan sudah didondomi didondomi’, itu yang siap dijual. Yang tidak didondomi didondomi’ nantinya akan diselep diselep’, dan dimasak sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. b. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani terkait Aktivitas Mulai Menanam Padi Setelah masa panen selesai, petani memulai lagi merencanakan untuk menanam padi. Pertama, dimulai dari menjemur bulir-bulir padi sebagai bakal benih yang akan ditanam. Setelah benih padi dijemur, ada proses ngekum merendam’ dan ngepep ngepep’. Sebelum benih padi 143 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 disebar, lahan yang digunakan untuk menyebar benih harus sudah siap. Maka perlu diluku dibajak’ dan digaru digaru’. Setelah selesai diluku dibajak’ dan digaru digaru’, benih yang sudah dipep dipep’, bisa disebar. Kira-kira sekitar 14 hari benih sudah tumbuh . Sembari menunggu benih tumbuh, petani perlu nampingi nampingi’ dan ngalisi ngalisi’. Kemudian mopok galengan mopok pematang sawah’ agar padat dan tidak bocor. Semua yang berkaitan dengan sawah, sama halnya dengan nyemoni manungsa mengisyaratkan seperti manusia’. Ketika lahan untuk menanam sudah siap, proses menanam benih di lahan bisa dilakukan. Benih yang sudah tumbuh, lalu didhaut didhaut’ dan selanjutnya ditandur ditanam’. Ketika memulai tandur tanam’, beberapa masyarakat masih melakukan tata cara miwiti memulai’. Miwiti memulai’ dilakukan dengan memberi cok bakal cok bakal’ di salah satu poncotan pojokan/pancer’. Pemilik sawah menghadap ke barat lalu membaca surat Alfatihah. Seperti halnya salat, termasuk wujud ibadah dan berdoa agar hasilnya baik. diletakkan di poncotan pojokan/pancer’, karena merupakan pancer atau kiblat. Masyarakat Jawa di desa Tladan khususnya, banyak yang menanam padi, dikarenakan menanamnya mudah, banyak tersedia air, dan selesai ditandur ditanam’ tinggal merawatnya. Selain hal di atas, masih banyak yang mau membeli gabah gabah’ dan harganya masih lumayan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Terkait dengan proses-proses menanam padi, dari benih hingga panen, terdapat ajaran-ajaran dalam kehidupan yang bisa di ambil, seperti di bawah ini ajaran Ikhlas dan kemanusiaan, ajaran religiusitas, ajaran untuk bersikap rajin dan ulet, ajaran kewaspadaan, ajaran keterbukaan, ajaran keadilan, ajaran penghormatan kepada Dewi Sri. Aktivitas pertanian padi merupakan pasemon isyarat’, pitutur orang dalam pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani, terdapat pasemon-pasemon isyarat-isyarat’ di mana masih jarang yang mengetahui. Suatu proses menanam padi sampai dengan panen merupakan wujud ibadah dan mempercayai Gusti Allah. Karena di dalam aktivitas pertanian padi, selain proses terdapat ritual-ritual yang mendekatkan hubungan manusia dengan Gusti Allah jika hal itu dipahami betul maknanya. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini mempunyai tiga kesimpulan. Pertama, penelitian tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan ini terdapat tiga bentuk yaitu bentuk monomorfemis, 144 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 polimorfemis afiksasi dan reduplikasi, dan frasa. Kedua, penentuan arti leksikal berdasarkan arti pada kamus. Makna gramatikal adalah makna yang muncul setelah adanya proses gramatikal. Makna kultural dapat ditinjau dari berbagai aspek, di antaranya tradisi yang masih berlaku, tradisi yang mencerminkan cara kerja, tujuan dilakukan aktivitas tersebut, dan budaya masyarakat desa Tladan yang terkait pola pikir dan pandangan hidup. Dari makna kultural yang disampaikan oleh informan dapat diketahui bahwa fenomena etnologi menyebabkan adanya fenomena linguistik. Ketiga, istilah-istilah aktivitas pertanian dibagi menjadi dua fase yaitu fase mulai bercocok tanam dan fase panen. Istilah-istilah aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan menjelaskan pola pikir berupa pengetahuan masyarakat setempat yang berisi prinsip-prinsip dan aturan-aturan, sehingga terselip ajaran-ajaran kehidupan yang dapat di ambil. Saran Penelitian ini memiliki beberapa saran, yaitu a Bahasa dalam budaya terkait aktivitas pertanian padi dengan kajian yang berbeda. b Bahasa dalam budaya terkait aktivitas pertanian padi dengan kajian yang sama namun ruang lingkup kajian lebih luas dan tempat berbeda. DAFTAR PUSTAKA Agdona, Bella Vista . 2018. “Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Tradisi Wiwit Sawah di Desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Kajian Etnolinguistik”. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ahimsa Putra, Heddy Beberapa Bentuk Kajian”. Makalah dalam Temu Ilmiah Bahasa dan Sastra. Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta. Fitrianingrum, Wahyu. 2016. “Bahasa dalam budaya jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Kajian Etnolinguistik”. Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fujiono, Dedi Sution. 2014. “Istilah-Istilah Pertanian Padi Dan Palawija Pada Masyarakat Madura Di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Suatu Tinjauan Etnolinguistik”, dalam Artikel Mahasiswa 2014. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Jember. Haryanti, Dwi dan Agus Budi Wahyudi. 2007. “Ungkapan Etnis Petani Jawa Di Desa Japanan,Kecamatan Cawas, Kabupaten KlatenKajian Etnolinguistik”, dalam Kajian Linguistik dan Sastra Juni 2007 35-50. Surakarta. PBS FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta. Pustaka Utama. Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Jakarta JB. Welters. Saharudin dan Syarifuddin. 2012. “Kategori Dan Ekspresi Linguistik Dalam Bahasa Sasak Pada Ranah Pertanian Tradisional Kajian Etnosemantik”, dalam Adabiyyat Vol. XI, Juni 2012. Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta Duta Wacana. Suyanto. 2019. “Istilah-istilah dalam Budidaya Tanaman Padi di Desa Banjarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah”, dalam Nusa Vol. 14 No. 1 Februari 2019. 145 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 Wahyuni, Tri. 2017. “Makna Kultural Pada Istilah Bidang Pertanian Padi Di Desa Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Sebuah Tinjauan Etnolinguistik”, dalamJalabahasa Volume 13 Nomor 1 Tahun 2017. Semarang. Balai Bahasa Jawa Tengah. . ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Masyarakat Desa Masyarakat desa merupakan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Kehidupan masyarakat desa sangat berbeda dengan kehidupan di kota. Di desa, kegiatan pertanian adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh masyarakat. Mereka mengandalkan hasil pertanian sebagai sumber penghasilan utama. Pertanian Pertanian merupakan kegiatan yang sangat penting bagi masyarakat desa. Tanpa pertanian, masyarakat desa tidak akan bisa bertahan hidup. Pertanian juga menjadi salah satu sektor penting dalam perekonomian negara. Banyak produk pertanian yang diekspor ke luar negeri dan memberikan devisa bagi negara. Pertanian Terpadu Pertanian terpadu adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan beberapa jenis tanaman atau ternak dalam satu lahan. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Di TTS, sistem pertanian terpadu sudah mulai diterapkan oleh beberapa petani. Tanaman yang Cocok di TTS TTS memiliki iklim yang cukup ekstrem, yaitu panas dan kering. Namun, ada beberapa jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di TTS, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu. Tanaman-tanaman ini bisa tumbuh dengan baik meskipun tanah di TTS kurang subur. Pengolahan Tanah Salah satu faktor penting dalam keberhasilan pertanian adalah pengolahan tanah yang baik. Petani di TTS biasanya menggunakan cangkul atau bajak untuk mengolah tanah. Namun, penggunaan mesin pertanian seperti traktor juga sudah mulai diterapkan untuk mempercepat proses pengolahan tanah. Padi Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Di TTS, padi juga menjadi salah satu tanaman yang ditanam oleh petani. Meskipun lahan di TTS terbatas, petani tetap berusaha untuk meningkatkan produktivitas padi dengan cara-cara yang inovatif. Pestisida Alami Penggunaan pestisida kimia dalam pertanian dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu, petani di TTS mulai beralih menggunakan pestisida alami seperti tanaman sirih, bawang putih, dan cabai rawit. Selain aman untuk kesehatan dan lingkungan, pestisida alami juga lebih murah. Peternakan Selain pertanian, peternakan juga menjadi salah satu sektor penting dalam perekonomian masyarakat desa. Di TTS, peternakan masih dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Namun, beberapa peternak sudah mulai menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas ternak. Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara oleh petani di TTS. Susu sapi perah bisa diolah menjadi berbagai produk seperti keju, yoghurt, dan susu kental manis. Peningkatan produksi susu sapi perah bisa menjadi alternatif penghasilan bagi petani di TTS. Kambing Kambing juga merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di TTS. Selain dagingnya yang lezat, kambing juga menghasilkan susu yang bisa diolah menjadi berbagai produk seperti keju dan yoghurt. Kambing juga lebih mudah dipelihara dan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem. Teknik Bercocok Tanam Teknik bercocok tanam yang baik bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Beberapa teknik bercocok tanam yang sudah mulai diterapkan di TTS antara lain sistem tanam jajar legowo, tanam terpadu, dan hidroponik. Teknik-teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi modern. Budidaya Ikan Budidaya ikan juga bisa menjadi alternatif penghasilan bagi masyarakat desa di TTS. Di TTS, budidaya ikan dilakukan di kolam atau tambak dengan memanfaatkan air dari sungai atau mata air. Ikan yang banyak dipelihara di TTS antara lain nila, lele, dan ikan mas. Perkebunan Di samping pertanian dan peternakan, perkebunan juga menjadi salah satu sektor penting dalam perekonomian masyarakat desa. Beberapa jenis tanaman perkebunan yang cocok untuk tumbuh di TTS antara lain kopi, cokelat, dan lada. Hasil perkebunan ini bisa diekspor ke luar negeri. Kopi TTS Kopi TTS merupakan salah satu jenis kopi yang terkenal di Indonesia. Kopi ini memiliki cita rasa yang khas dan unik. Kopi TTS biasanya dijual dengan harga yang cukup tinggi karena kualitasnya yang bagus. Kopi TTS juga menjadi salah satu andalan ekonomi masyarakat desa di TTS. Pemasaran Hasil Pertanian Pemasaran hasil pertanian merupakan hal yang sangat penting bagi petani di TTS. Petani harus bisa menjual hasil pertaniannya dengan harga yang baik agar bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Beberapa cara pemasaran yang bisa dilakukan antara lain menjual langsung ke konsumen, menjual ke pasar tradisional, atau menjual melalui online. Koperasi Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi yang bisa membantu petani dalam mengatasi masalah pemasaran hasil pertanian. Koperasi juga bisa menjadi tempat untuk membeli pupuk dan alat pertanian dengan harga yang lebih murah. Di TTS, sudah banyak koperasi yang dibentuk oleh petani untuk memperkuat ekonomi masyarakat desa. Pendidikan Pertanian Pendidikan pertanian sangat penting bagi petani di TTS untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang pertanian. Petani harus bisa memahami teknologi-modern yang bisa membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Di TTS, sudah ada beberapa lembaga pendidikan pertanian yang bisa diakses oleh masyarakat desa. Pendidikan Anak-anak Desa Pendidikan anak-anak desa juga sangat penting untuk membantu meningkatkan kualitas hidup mereka di masa depan. Anak-anak desa harus bisa mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak di kota agar bisa bersaing di era globalisasi. Di TTS, sudah ada beberapa sekolah yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak desa. Pengembangan Wisata Pengembangan wisata bisa menjadi alternatif penghasilan bagi masyarakat desa di TTS. TTS memiliki potensi wisata yang cukup besar, seperti air terjun, danau, dan pegunungan. Pengembangan wisata juga bisa menjadi cara untuk melestarikan budaya dan tradisi masyarakat desa. Air Terjun Oehala Air terjun Oehala merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di TTS. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 70 meter dan terletak di tengah hutan pinus yang sejuk. Air terjun Oehala bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama sekitar 45 menit dari desa terdekat. Keindahan Alam TTS TTS memiliki keindahan alam yang sangat memukau. Pegunungan yang hijau, danau yang indah, dan air terjun yang spektakuler bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam. Masyarakat desa di TTS harus bisa memanfaatkan potensi wisata ini untuk meningkatkan perekonomian mereka. Tantangan Masa Depan Masyarakat desa di TTS masih menghadapi banyak tantangan dalam menjalankan kegiatan pertanian dan peternakan. Perubahan iklim, penurunan kualitas tanah, dan tingginya biaya produksi menjadi beberapa tantangan yang harus dihadapi. Namun, dengan tekad dan semangat yang tinggi, masyarakat desa di TTS bisa mengatasi tantangan ini dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Kesimpulan Masyarakat desa dan kegiatan pertanian di TTS memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Dengan pemanfaatan teknologi modern dan pengetahuan yang baik, pertanian dan peternakan di TTS bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil yang dihasilkan. Pendidikan dan pengembangan wisata juga bisa menjadi alternatif penghasilan bagi masyarakat desa di TTS. Tantangan masa depan harus dihadapi dengan tekad dan semangat yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik.

berkaitan dengan masyarakat desa atau pertanian tts